Selasa, 17 November 2009

George Soros

George Soros – lahir di Budapes, Hungaria, 12 Agustus 1930 – menduduki urutan ke-29 dengan kekayaan bersih berjumlah 11 miliar dolar AS dalam daftar miliarder terkaya sedunia majalah Forbes terbitan Maret 2009. Tokoh Yahudi-AS ini seorang spekulator mata uang, investor saham, pengusaha, dermawan, filsuf, dan aktivis politik. Dia sudah menyumbang 6 miliar dolar AS untuk lembaga-lembaga kedermawanan dan untuk penanganan berbagai isu yang menjadi minatnya sejak 1979.

Soros adalah ketua Manajemen Dana Soros dan Lembaga Masyarakat Terbuka. Dia juga seorang mantan anggota Dewan Direksi Dewan Hubungan Luar Negeri AS. Selain itu, dia salah seorang pendiri awal dari Pusat Kemajuan Amerika dan dia diwakili pada dewan lembaga ini. Dia mendanai organisasinya bernama Revolusi Mawar Georgia, suatu negara kecil pecahan Uni Soviet. Oleh para pengamat Rusia dan Barat, pendanaan organisasi ini oleh Soros sangat menentukan keberhasilannya. Meskipun demikian, Soros mengatakan perannya sangat dilebih-lebihkan. Di Amerika Serikat, dia diketahui sudah menyumbang sejumlah besar uang demi mengalahkan tawaran George W. Bush untuk dipilih kembali menjadi Presiden AS tahun 2004, tapi upayanya gagal.



Paul Volcker, mantan Ketua Bank Cadangan AS dan juga berdarah Yahudi-AS, menulis suatu prakata dalam buku tentang Soros, The Alchemy of Finance (2003):

George Soros sudah membuat dirinya terkenal sebagai seorang spekulator yang sangat sukses, cukup bijaksana untuk secara menonjol menarik diri ketika masih jauh mendahului permainan itu. Bagian sangat besar dari keuntungannya yang luar biasa sekarang digunakan untuk mendorong bangsa-bangsa yang tengah beralih dan muncul untuk menjadi ‘masyarakat yang terbuka,’ terbuka tidak hanya dalam arti kebebasan perniagaan tapi – lebih penting – toleran terhadap gagasan-gagasan yang baru dan bentuk-bentuk berpikir dan berperilaku yang berbeda.

Keluarga

George Soros, putera Tivador Soros (dikenal juga sebagai Teodoro Soros), seorang penulis dalam bahasa Esperanto, adalah seorang Yahudi asal Hungaria. Ayahnya seorang tawanan perang selama dan sesudah Perang Dunia I dan akhirnya melarikan diri dari Rusia untuk bergabung dengan keluarganya di Budapes, ibu kota Hungaria.

Nama marga atau keluarga asli Soros adalah Schwartz. Pada tahun 1936, keluarga itu mengubah nama marganya dari Schwartz menjadi Soros, sebagai tanggapan terhadap anti-semitisme yang makin berkembang dan karena nama marga yang baru itu punya suatu arti. Dalam bahasa Hungaria, soros berarti “yang berikut dalam urutan, atau “pengganti yang ditunjuk”; dalam bahasa Esperanto, nama keluarga ini berarti “akan membubung tinggi". Putera Tivador, George, kemudian mengatakan dia dibesarkan dalam suatu rumah bersuasana Yahudi, dan orang tuanya hati-hati dengan akar religius mereka. Akan tetapi, ayah Soros bangga dengan akar Yahudinya (yang bisa dilihat dalam riwayat hidupnya yang mengenang pengalamannya selama Holocaust berjudul Masquerade).

George Soros menikah dan cerai dua kali dari Annaliese Witschak dan Susan Weber Soros. Dari kedua mantan isterinya dia memperoleh lima orang anak: Robert, Andrea, Jonathan, Alexander, dan Gregory. Kakak lelaki George, Paul Soros, adalah seorang investor swasta dan dermawan, seorang insinyur pensiunan, yang mengepalai Asosiasi Soros, suatu perusahaan teknik mesin internasional yang berbasis di New York; Paul juga mendirikan Lembaga Persahabatan Paul dan Daisy Soros bagi Pemuda Amerika. Peter Soros, putera Paul Soros dan keponakan George Soros, menikah dengan Flora Fraser yang ibunya seorang puteri angkat Harold Pinter, seorang sastrawan berdarah Yahudi dan pemenang Hadiah Nobel untuk Kesusastraan akhir tahun 2005.

Pindah ke Inggris

Soros berusia tiga belas tahun pada Maret 1944 ketika Jerman Nazi mengambil alih kendali militer atas Hungaria. Dia bekerja untuk Dewan Yahudi selama dua hari. Dewan ini didirikan sebelumnya selama pendudukan Nazi atas Hungaria untuk melaksanakan secara paksa tindakan-tindakan anti-Yahudi pemerintah Hungaria dan Nazi.

Karena keadaan di Hungaria tidak aman dan nyaman lagi, Soros beremigrasi ke Inggris tahun 1947, sesudah Perang Dunia II. Dia lulus Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi London pada tahun 1952. Di London, dia menjadi seorang mahasiswa Karl Popper, seorang filsuf Inggris kelahiran Austria. Sementara itu, dia membiayai hidupnya sendiri dengan bekerja sebagai seorang portir kereta api dan seorang pelayan pada restoran Quaglino. Di restoran ini, dia diberi nasihat bahwa dengan kerja keras dia bisa menjadi pelayan kepala satu hari nanti. Dia akhirnya berhasil diterima bank perniagaan Singer & Friedlander di London.
Pindah ke Amerika Serikat

Pada tahun 1956, George Soros pindah ke Kota New York, tempat dia bekerja sebagai seorang pedagang yang menjadi seorang penengah perselisihan pada perusahaan F.M. Mayer dari tahun 1956 sampai dengan 1959. Dia kemudian bekerja sebagai seorang analis pada Wertheim dan Perusahaan dari tahun 1959 sampai dengan 1963. Selama waktu ini, Soros mengembangkan filsafat “refleksivitas” berdasarkan gagasan Karl Popper. Menurut Soros, refleksivitas adalah kepercayaan bahwa aksi melihat penilaian pasar apa pun oleh pesertanya memengaruhi penilaian pasar tersebut dalam suatu lingkaran berulang-ulang yang bersifat “berbajik atau jahat”.

Akan tetapi, Soros menyadari dia tidak akan meraih uang dari konsep refleksivitas kecuali kalau dia sendiri melakukan investasi. Dia mulai melakukan penyelidikan tentang cara menangani investasi. Dari tahun 1963 sampai dengan 1973, dia bekerja pada perusahaan Arnhold dan S. Bleichroeder, tempat dia menjadi seorang wakil presiden. Soros akhirnya menyimpulkan bahwa dia seorang investor yang lebih baik dari dirinya sebagai seorang filsuf dan eksekutif. Pada tahun 1967, dia membujuk perusahaan tempat dia bekerja untuk menggalang suatu dana investasi luar negeri, First Eagle, baginya untuk dikelola. Pada tahun 1969, perusahaan Arnhold dan S. Bleichroeder menggalang suatu dana kedua untuk Soros, dana cegah risiko (hedge fund) Double Eagle.

Kemudian regulasi investasi membatasi kemampuannya mengelola dana-dana itu sebagaimana yang dikehendakinya. Sebagai akibatnya, dia mengundurkan diri dari jabatannya pada tahun 1973 dan mendirikan suatu perusahaan investasi swasta. Perusahaan itu akhirnya berkembang menjadi Dana Kuantum. Melalui usaha ini, dia berniat menghasilkan uang yang cukup di Wall Street, sekitar 500 ribu dolar AS dalam jangka waktu lima tahun, untuk menopang dirinya sebagai seorang penulis dan filsuf.

Tidak itu saja. Dia juga seorang mantan anggota kelompok usaha Grup Carlyle.
Bisnis

Sebagian besar keuntungan Soros berasal dari dua perusahaan. Pertama, Manajemen Dana Soros yang dia dirikan; dan, kedua, Dana Kuantum yang dia ikut dirikan bersama Jim Rogers pada tahun 1970. Rogers pensiun dari dana itu tahun 1980; mitra bisnis lain Soros mencakup Victor Niederhoffer dan Stanley Druckenmiller.

Usaha Soros berkembang tahun 2006 dan 2007. Akhir 2006, Soros membeli sekitar 2 juta saham Halliburton, suatu perusahaan multinasional raksasa AS yang menjadi kontraktor berbagai perusahaan minyak di dunia. Pada tahun 2007, Dana Kuantum meraih hampir 32 persen dan mendatangkan kekayaan bersih sebesar 2.9 miliar dolar AS untuk Soros.
Spekulasi mata uang

Tanggal 16 September 1992 dijuluki Rabu Kelam. Pada tanggal ini, Soros segera menjadi terkenal karena dia melakukan penjualan kosong bernilai lebih dari 10 miliar pon sterling. Dia mengambil keuntungan dari keengganan Bank Inggris membuat keputusan antara dua pilihan: menaikkan tingkat bunganya pada tingkat yang bisa dibandingkan dengan yang ada di negara-negara Eropa lainnya yang menerapkan Mekanisme Tingkat Pertukaran atau membuat mata uang Inggris mengambang.

Akhirnya, Bank Inggris dipaksa menarik mata uang pon sterling dari Mekanisme Tingkat Pertukaran Eropa dan mendevaluasi mata uang itu. Dalam proses itu, Soros meraih sekitar 1.1 miliar dolar AS. Dia lalu dijuluki “lelaki yang menghancurkan Bank Inggris".

Pada tahun 1997, Asia Tenggara mengalami krisis keuangan. Nilai rupiah di Indonesia kemudian anjlok dari Rp 2.500 per 1 dolar AS menjadi Rp 15.000 per 1 dolar AS.

Kambing hitam krisis ini? George Soros, menurut Perdana Menteri Malaysia waktu itu, Mahathir bin Mohammad. Mahathir menuduh Soros memakai kekayaan miliknya untuk menghukum ASEAN karena menyambut Myanmar, suatu negara yang dikuasai yunta militer, sebagai suatu anggotanya.

Tentu Soros menolak tuduhan itu. Dia membantah dirinya sebagai biang kerok krisis keuangan di Asia Tenggara. Menurutnya, Mahathir mencoba menutup-nutupi kelemahan atau kesalahan pemerintahannya yang mengakibatkan Malaysia terkena krisis itu dengan mencari kambing hitamnya: dirinya sendiri.
Ramalan-ramalan umum

Soros sudah jauh-jauh hari memberi peringatan tentang bahaya akan timbulnya krisis keuangan global tahun 2008. Ini dia kemukakan tiga kali dalam tiga bukunya yang berbeda-beda. Peringatan pertama berupa ramalan tentang krisis ini dipaparkannya dalam bukunya yang pertama, The Alchemy of Finance tahun 1987. Setahun kemudian, dia memberi peringatan bernama yang sama dalam The Crisis of Global Capitalism. Tahun 2008, dia menerbitkan bukunya yang ketiga, The New Paradigm for Financial Markets. Di dalam bukunya yang ketiga, Soros menjelaskan ramalannya bahwa ada suatu “gelembung super” yang sudah mengalami masalah selama 25 tahun terakhir dan sekarang siap untuk ambruk. Peringatannya melalui ramalan-ramalannya yang tampaknya tidak begitu dihiraukan para ahli ekonomi, keuangan, dan perbankan ternyata terbukti benar.

Ketepatan ramalannya tadi tidak berarti dia selalu benar dalam ramalannya. Dalam bisnisnya yang mengandalkan juga ramalan-ramalan tentang keberhasilan atau kegagalan, dia mengatakan keberhasilannya dalam bisnis timbul karena dia mampu mengenal kapan ramalannya meleset.
Penghukuman karena insider trading

Insider trading adalah perniagaan atau perdagangan yang memanfaatkan orang dalam untuk memperoleh informasi kunci sebelum informasi itu diumumkan kepada publik. Orang dalam ini mencakup para direktur, pejabat, pegawai kunci, sanak-saudara, dan orang lain yang mempunyai akses pada informasi dalam suatu perusahaan, lembaga, atau kantor perdagangan.

Pada tahun 1988, George Soros dituduh melakukan insider trading di Perancis dan sebagai akibatnya dia terkena penghukuman. Waktu itu, dia diminta bergabung dalam suatu upaya mengambil alih bank Perancis, Societe Generale. Dia menolak ikut serta dalam tawaran itu tapi kemudian dia membeli sejumlah saham perusahaan itu. Pejabat-pejabat Perancis mulai suatu penyeledikan tahun 1989, dan pada tahun 2002 suatu pengadilan Perancis menetapkan bahwa tindakan Soros tadi adalah suatu insider trading. Ini tergolong suatu tindak pidana yang berat menurut undang-undang keamanan Perancis; Soros didenda 2.3 juta dolar AS, jumlah uang yang dia peroleh dengan memanfaatkan informasi orang dalam.

Tidak diupayakan tindakan menghukum terhadap Soros karena penundaan pengajuan perkara hukum ini ke pengadilan. Soros membantah sudah melakukan kesalahan dan mengatakan berita tentang pengambilalihan bank itu sudah diketahui umum.

Penghukuman terhadap dia karena insider trading ditegakkan pengadilan tertinggi di Perancis 14 Juni 2006. Pada Desember 2006, dia naik banding ke Pengadilan Eropa untuk Hak-Hak Asasi Manusia; dia mengkleim penundaan perkaranya selama 14 tahun di pengadilan menghalangi suatu sidang pengadilan yang adil.
Kedermawanan

Soros sudah aktif sebagai seorang dermawan sejak tahun 1970-an. Dia mulai dengan menyediakan dana untuk menolong mahahasiswa-mahasiswa berkulit hitam kuliah di Universitas Cape Town di Afrika Selatan yang masih memberlakukan politik apartheid. Dia juga mulai mendanai gerakan-gerakan pembangkangan di Uni Soviet.

Pendanaan kedermawanan Soros mencakup upaya untuk meningkatkan demokratisasi tanpa kekerasan di negara-negara bekas Uni Soviet. Upaya-upaya ini, kebanyakan di Eropa bagian Tengah dan Timur, dilakukan melalui Lembaga Masyarakat Terbuka (OSI, Open Society Institute) dan Yayasan Soros nasional. Badan-badan ini terkenal memakai nama lain (seperti Yayasan Stefan Batory di Polandia). Sejak 2003, Soros diperkirakan sudah menyumbang 4 miliar dolar AS; sementara itu, OSI sudah memakai sekitar 400 juta dolar AS setahun selama beberapa tahun terakhir.

Mingguan Time 2007 melaporkan Soros mendanai dua proyek khusus. Pertama, dia menyumbang 100 juta dolar AS untuk infrastruktur Internet bagi universitas-universitas daerah di Rusia. Kedua, dia menyumbang 50 juta dolar AS untuk memberantas kemiskinan hebat di Afrika. Sementara itu, Soros sudah memberikan bantuan 742 juta dolar AS untuk proyek-proyek di AS dan sudah mengeluarkan lebih dari 6 miliar dolar AS.

Ada juga proyek-proyek penting lain yang didanai OSI. Ini mencakup bantuan bagi para ilmuwan dan universitas-universitas di Eropa bagian Tengah dan bagian Timur, bantuan untuk kaum sipil selama pengepungan Sarayevo, dan Transparansi Internasional. Soros juga memberikan 420 juta pon sterling pada Universitas Eropa bagian Tengah. Pemenang Hadiah Nobel untuk Perdamaian, Muhammad Yunus, dan bank mikro keuangannya, Bank Grameen, mendapat dukungan OSI.

George Soros menerima berbagai gelar doktor kehormatan (honoris kausa) dari Perguruan Tinggi Baru untuk Riset Sosial (New York), Universitas Oxford (Inggris) pada tahun 1980, Universitas Corvinus di Budapes, dan Universitas Yale (AS) pada tahun 1991. Soros juga menerima Pusat Internasional Yale untuk Anugerah Keuangan dari Fakultas Manajemen Yale pada tahun 2000 dan juga Laurea Honoris Causa, penghargaan tertinggi Universitas Bologna pada tahun 1995.
Sumbangan dan kegiatan politik

Di Amerika Serikat

George Soros terlibat dalam suatu rencana tahun 2003 untuk menggeser Presiden George W. Bush dari kedudukannya. Soros bukan seorang donor besar untuk kepentingan politik di AS kecuali ketika ada pemilihan presiden AS tahun 2004. Selama masa pemilihan 2003-2004, dia menyumbang 23.581.000 dolar AS kepada berbagai kelompok yang bertujuan untuk mengalahkan Presiden Bush. Meskipun demikian, Bush dipilih kembali untuk masa jabatan yang kedua sebagai Presiden AS pada pemilihan presiden tahun 2004.

Sesudah pemilihan kembali Bush pada tahun 2004, Soros dan para penyumbang politik liberal kaya lainnya mendukung suatu kelompok pencari dana yang disebut Aliansi Demorasi. Kelompok ini bertujuan untuk mendukung tujuan Partai Demokrat AS.

Di Eropa bagian Timur

Peranan Soros dinilai sangat menentukan ambruknya sosialisme di Eropa bagian Timur. Sejak 1979, Soros membagi-bagikan 3 juta dolar setahun pada para pembangkang termasuk gerakan Solidaritas di Polandia, Piagam 77 di Cekoslowakia dan Andrei Sakharov, seorang fisikawan tenar, di Uni Soviet. Pada tahun 1984, dia mendirikan Lembaga Masyarakat Terbuka (OSI) di Hungaria dan mengirimkan jutaan dolar ke gerakan-gerakan oposisi dan media bebas.
Filsafat George Soros

Soros sangat tertarik pada filsafat. Dia mengatakan dia memasuki dunia keuangan agar mampu menopang dirinya sebagai seorang filsuf. Pandangan filsafatinya dipengaruhi Karl Popper, seorang filsuf Inggris yang mengajar di Sekolah Tinggi ilmu Ekonomi London, tempat Soros kuliah. Lemabaga Masyarakat Terbuka yang didirikannya dinamakan sesuai dua jilid karya Popper, The Open Society and its Enemies. Selain itu, pandangan filsafatinya dipengaruhi juga oleh pengabdian filsafatinya yang tetap pada asas falibilisme. Menurut asas ini, apa pun yang dia percayai bisa keliru pada kenyataannya, dan, karena itu, harus dipertanyakan dan diperbaiki. Asas ini pun berasal dari filsafat Popper. Soros tidak menganggap dirinya seorang penganut agama dan tidak percaya pada Allah.
Pandangan Soros tentang anti-Semitisme

Pada suatu pertemuan orang Yahudi di Kota New York, Soros mengatakan bahwa anti-Semitisme yang muncul kembali akhir-akhir ini sebagian ditimbulkan oleh kebijakan-kebijkan Israel dan Amerika Serikat dan sebagian oleh orang-orang Yahudi yang sukses seperti dirinya sendiri.

Anti-Semitisme itu muncul kembali di Eropa karena kebijakan pemerintahan Bush dan Ariel Sharon. Gerakan ini tidak secara khusus bersifat anti-Semitisme tapi menunjukkan dirinya sebagai bersifat anti-Semitisme. Menurut Soros, anti-Semitisme ini akan berkurang kalau arah kebijakan pemerintahan Bush dan Sharon diubah. Tapi dia belum bisa membayangkan bagaimana orang Yahudi bisa mengatasi sikap anti-Yahudi tadi secara langsung. Dia kuatir sekali tentang peranannya sendiri karena anti-Semitisme yang baru mengatakan orang Yahudi menguasai dunia. Tanpa disengaja, dia juga menyumbang pada citra itu.

Sumber : http://yahudidiaspora.blogspot.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar