Rabu, 21 Juli 2010

Mewaspadai Meningkatnya Kekuatan Militer Cina (Bagian 2)

Dalam tulisan kami sebelumnya berkaitan dengan kebangkitan kekuatan militer Republik Rakyat Cina, tak pelak lagi negara adidaya di kawasan Asia Timur tersebut bakal menjadi satu kekuatan baru baik secara ekonomi maupun militer. Dengan anggaran mencapai hampir 600 hingga 700 triliun rupiah pada 2009 lalu, rasa-rasanya tidak berlebihan jika Cina bakal menjadi ancaman yang berbahaya bagi negara-negara di kawasan Asia Pasifik, tak terkecuali Australia yang sejatinya merupakan bagian integral dari persekutuan Amerika Serikat dan Eropa Barat di Asia Pasifik. 


Yang lebih menakjubkan lagi, kedigdayaan Cina dalam bidang militer dan industri strategis pertahanan, bukan kerja sehari dua hari. Namun sudah dirintis oleh Deng Xiao Ping sejak 1978. Pada tahap awal, Cina mengembangkan sains dan teknologi, yang didorong dengan kepentingan militer. Pembangunan ini dimulai sejak jaman pemerintahan Mao Zedong. Ketika itu, pada dekade 1960-an, Mao menginginkan terbangunnya ‘militerisasi’ yang kuat di atas segala-galanya. Proyek ‘militerisasi’ inilah yang menjadi tulang punggung kebijakan Deng Xiao Ping pada fase selanjutnya ketika dia mengambil-alih tampuk kekuasaan Mao pada awal pertengahan 1970-an. 

Mewaspadai Meningkatnya Kekuatan Militer Cina

Di tengah kemungkinan berkecamuknya perang di Semananjung Korea antara Korea Selatan dan Utara, peran Republik Rakyat Cina tidak bisa dianggap enteng. Memang dari segi teknologi militer, belum secanggih Amerika Serikat. Namun mengingat anggaran militernya yang hampir mencapai 700 triliun lebih, maka kekuatan militer Cina sangat layak untuk diwaspadai.


Bahkan Australiapun yang notabene merupakan negara anggota Persemakmuran (Common Wealth) yang berada dalam pengaruh Kerajaan Inggris, ternyata juga meningkatkan anggaran militernya sekitar 72 miliar dolar Amerika Serikat karena melihat adanya ancaman dari Cina. 
Berikut adalah data kekuatan militer Cina yang berhasil di himpun oleh tim riset Global Future Institute (GFI): 

Membangun Dunia Kembali (To Build The World A New)- Bagian 2

Kami, yang dulu tidak bersuara, mempunyai tuntutan-tuntutan dan kebutuhan-kebutuhan; kami berhak untuk didengar. Kami bukannya barang perdagangan, tetapi adalah bangsa-bangsa yang hidup dan yang perkasa, yang mempunyai peranan didunia ini, dan yang harus memberikan sumbangannya.

Saya pergunakan kata-kata yang keras, dan saya pergunakan kata-kata itu dengan sengaja, karena saya punya pendirian yang tegas mengenai soal itu. Dengan sengaja saya pergunakan kata-kata keras, karena saya bicara untuk bangsa saya dan karena saya bicara di muka pemimpin-pemimpin bangsa-bangsa.

Membangun Dunia Kembali (To Build The World A New)- Bagian 1

Catatan Redaksi: Sidang Pembaca, untuk membangun kembali inspirasi melawan dominasi kekuatan-kekuatan global yang dimotori oleh negara-negara adidaya seperti Amerika dan Eropa Barat, kali ini Global Future Institute dengan bangga menghadirkan kembali pidato bersejarah Presiden Sukarno di depan Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 30 September 1960. Semoga menginspirasi kembali seluruh elemen bangsa betapa Indonesia pada suatu ketika pernah tampil memainkan peran penting dalam menawarkan suatu kekuatan baru yang di luar orbit pengaruh Amerika Serikat maupun Uni Soviet dan Republik Rakyat Cina.

Presiden Soekarno di depan Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 30 September 1960, disalin dari teks aslinya dalam bahasa Inggris 

Kamis, 15 Juli 2010

Peperangan Ya'juj Ma'juj dan Pasukan Muslim di Ain Jalut

Salah satu peristiwa penting yang terjadi di dalam bulan Ramadhan adalah peristiwa peperangan Ain Jalut. Peristiwa ini terjadi pada 25 Ramadhan tahun 658 H di Ain Jalut dan Bisan, Palestin. Medan pertempuran tersebut terletak tidak jauh dari bandar al-Quds.


Ia adalah satu peperangan yang berjaya menebus kembali maruah umat Islam setelah dikalahkan oleh tentera Tartar (mongol) di dalam peristiwa siri-siri serangan Tartar ke atas bumi Islam. Panglima yang berjaya mengembalikan kemuliaan umat ini adalah Saifudin Qutuz, salah seorang panglima Islam yang hebat. Kehebatan Qutuz dan kepentingan peperangan Ain Jalut hanya akan dapat dirasai jika kita dapat menyelami penderitaan umat hasil dari serangan Tartar ke atas umat Islam.