WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU
[Kolom Tetap Harian Fajar]
Raja-raja Melayu dimitoskan berasal dari Iskandar Dzulqarnain. Di Indonesia
dalam buku-buku sejarah terbitan yang lama-lama, Raja Macedonia Alexander the
Great dikatakan Iskandar Zulkarnain. Mengaitkan Alexander (Iskandar) dengan
Dzulqarnain, seorang tokoh dalam Al-Quran, itu adalah kesalahan besar.
Alexander the Great, atau Iskandar Agung, Raja Macedonia, adalah penyembah
dewa-dewa, sedangkan Dzulqarnain seperti termaktub dalam Al Quran, menerima
wahyu dari Allah. Jadi Dzulqarnain (Si Tanduk Dua) bukanlah Iskandar Agung.
Karena menerima wahyu dari Allah, apakah Dzulqarnain itu seorang Nabi?
Apakah
-- FB'ATs ALLH ALNBYN MBSyRYN WMNDzRYN WANZL M'AHM ALKTB BALhQ LyhKM BYN ALNAS
FYMA AKhTLFWA FYH (S. ALBQRt, 2:213), dibaca:
-- faba'atsaLla-hun nabiyyi-na mubsysyiri-na wamundziri-na waanzala ma'ahumul
kita-ba bilhaqqi liyahkuma bainan na-si fi-makh talafu- fi-hi, artinya:
-- Maka Allah membangkitkan nabi-nabi untuk penggembira dan penggentar dan
menurunkan Kitab bersama mereka itu di atas kebenaran untuk (menetapkan
keputusan) hukum (siapa yang benar) di antara manusia tentang perkara yang
mereka perselisihkan
Jadi menurut ayat [2:213] barulah perlu dan cukup tentang kriteria seorang Nabi
ialah mendapat wahyu dan mendapatkan Kitab sebagai rujukan untuk menetapkan
keputusan hukum (yahkum). Dzulqarnain hanya mendapat wahyu, tidak mendapatkan
Kitab, jadi Dzulqarnain bukanlah seorang nabi, seperti ibunya Nabi Musa AS yang
hanya mendapat wahyu tetapi tidak mendapat Kitab.
Lalu siapakah Dzulqarnain dalam sejarah ?
KJVR-Daniel 8:
3 Then I lifted up mine eyes, and saw, and, behold, there stood before the
river a ram which had two horns: and the two horns were high; but one was
higher than the other, and the higher came up last. (Lalu kuangkat mukaku dan
kulihat, tampak seekor domba jantan berdiri di depan sungai itu; tanduknya dua
dan kedua tanduk itu tinggi, tetapi yang satu lebih tinggi dari yang lain, dan
yang tinggi itu tumbuh terakhir).
16 And I heard a man's voice between the banks of Ulai, which called, and said,
Gabriel, make this man to understand the vision (Dan kudengar dari tengah
sungai Ulai itu suara manusia yang berseru: "Jibril, buatlah orang ini memahami
penglihatan itu!).
20 The ram which thou sawest having two horns are the kings of Media and
Persia. (Domba jantan yang kaulihat itu, dengan kedua tanduknya, ialah
raja-raja orang Media dan Persia)
"Vision" dari Nabi Danyal ttg biri-biri jantan bertanduk dua, yang sebelah
tanduknya lebih tinggi yang datang belakangan, mengisyaratakan tanduk yang
lebih rendah yaitu Media dan tanduk yang lebih tinggi yaitu Parsi yang
belakangan menjadi Imperium Paarsi . Dalam sejarah tokoh yang mendirikan
Kerajaan Media dan Parsi yang kemudian menjadi Imperium Parsi tersebut adalah
Cyrus the Great (600 - 529) SM, mendirikan Imprium Parsi (550) SM, dan
memerintah (550 - 529) SM. Jadi "Vision" dari Nabi Danyal itu mengisyaratkan
bahwa Dzulqarnain adalah Cyrus the Great. Bahwa Cyrus the Great itu ada
kaitannya dengan Si Tanduk Dua atau Dzulqarnain itu bisa diterima, tetapi
apakah dalam hal menyembah dewa-dewa Cyrus the Great tidak ada bedanya dengan
Alexander the Great? Untuk itu perlu dahulu ditinjau dua hal.
Pertama, setelah Nabi Sulaiman AS wafat tahun 926 SM, maka kerajannya pecah
menjadi Kerajaan Israil di utara dan Kerajaan Yahuza (Yudah) di selatan,
masing-masing dengan ibu kota Samaria dan Jeruzalem. Tahun 721 SM Samaria
ditaklukkan oleh bangsa Asysyria dan penduduknya yang terdiri atas 10 suku
dibawa pergi semuanya oleh penakluk itu. Inilah yang disebut 10 suku bangsa
Israil yang hilang (Ten Lost Tribes of Israel). Dalam tahun (586) SM Kerajaan
Yahuza ditaklukkan oleh bangsa Babilonia. Penaklukan Jeruzalem ini dapat kita
baca dalam Al Quran:
-- FADzA JAa W'AD AWLHMA B'AtsNA 'ALYKM 'ABADA LNA AWLY BAaS SyDYD FJASWA KhLL
ALDYAR WKAN W'ADA MF'AWLA (S. BNY ASRAaYL, 17:5), dibaca:
-- faidza- ja-a wa'du u-la-huma- ba'atsna 'alaikum 'iba-dal lana- uli- ba'sin
syadi-din faja-su- khila-lad diya-ri waka-na wa'dam maf'u-la-, artinya:
-- Maka apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) pertama dari kedua
(kejahatan) itu, kami datangkan kepadamu hamba-hamba kami yang mempunyai
kekuatan yang besar, lalu mereka merajalela di kampung-halaman, dan itulah
ketetapan yang pasti terlaksana.
Atas perintah Raja Nebukadnezar semua penduduk Yeruzalem diboyong ke Babilonia,
namun pada (538) SM mereka dimerdekakan dan dikembalikan ke Yeruzalem oleh
Cyrus the Great.
Kedua, Cyrus the Great penganut yang taat dari agama Zarathustra. Di
sekolah-sekolah diajarkan bahwa agama Zarathustra menyembah Dua Tuhan, yaitu
Tuhan Terang Ahura Mazda (ormuzd) dan Tuhan Gelap, Angra Manyu (Ahriman). Namun
dewasa ini ada aliran agama Zarathustra di Amerika yang bersemboyan: "Kembali
ke Gatha", mereka ini berkeyakinan Zarathustra tidak mengajarkan dua tuhan,
melainkan Zarathustra mengajarkan Satu Tuhan, yaitu Ahura Mazda menciptakan
Angra Manyu, seperti Allah menciptakan iblis dalam agama Yahudi, Nashrani dan
Islam. Ini mengisyaratkan bahwa Cyrus the Great bukanlah penyembah berhala atau
dewa-dewa, melainkan beragama Tawhid, sehingga itulah sebabnya maka pada (538)
SM Bani Israil semuanya dikembalikan ke Yeruzalem oleh Cyrus the Great. Gatha
telah dibakar habis tatkala Alexander the Great menduduki Percepolis, sehingga
Gatha hanya berupa rekaman ingatan dari para pendeta agama Zarathustra.
Alexander mempeoleh gelar dari para pendeta agama Zarathustra, yaitu "yang
terkutuk". WaLlahu a'lamu bisshawab.
***
Makassar, 29 April 2007
[H.Muh.Nur Abdurrahman]
Sumber : http://dzulqarnaindanyajujmajuj.blogspot.com/search/label/Dzulqarnain
Tidak ada komentar:
Posting Komentar