Kamis, 15 Juli 2010

Tatar, Imperialis Berdarah Dingin

Tatar sanggup menghancurkan pemerintahan Khawarizmi yang amat besar dan disegani serta kekhalifahan Baghdad yang berkuasa lebih dari 500 tahun. Lebih-lebih terhadap kesultanan-kesultanan kecil, bangsa ini amat mudah menguasai mereka. Tapi, ada yang lebih spesifik dari bangsa ini, yakni kekejaman mereka terhadap siapa saja yang enggan tunduk terhadap kemauan mereka. Selanjutnya, simak Ihwal edisi ini.
*Thoriq/Suara Hidayatullah MARET 2010

Bencana Pasca Khawarizmi Menghadang Pedagang 

Pasukan Tatar seperti tidak pernah mengenal kekalahan. Satu-persatu wilayah Khawarizmi yang amat luas dikuasai dengan waktu yang amat singkat. Tanpa ada yang bisa mencegahnya. Saat itu serombongan pedagang dan pengawal dari pegunungan Thamghaj yang berada di dekat China, melakukan perjalanan rutin untuk berbelanja tekstil ke arah Turkistan. Mereka telah menempuh jarak cukup jauh, jarak antara perbatasan negeri Islam dengan tempat asal mereka mencapai enam bulan perjalanan. Tanpa diduga, setelah mereka sampai di kota Autrar, wilayah paling ujung pemerintahan Khawarizmi, pasukan kiriman Khawarizmi Syah menghadang lalu membunuh seluruh peserta rombongan itu.



Khawarizmi Syah memiliki alasan, hingga ia melakukan penghadangan. Hal itu disebabkan karena pasukan Tatar telah melakukan serangan terhadap pasukannya, saat mereka menguasai beberapa kota Turkistan.
Khawarizmi Syah memahami, apa konsekuensi dari serangan itu. Setelah terjadi peristiwa itu, Baghdad segera mengirim mata-mata untuk melihat kekuatan pasukan yang bakal menjadi musuh besarnya itu. Mereka akhirnya kembali dengan membawa kabar, bahwa jumlah pasukan mereka sudah tidak bisa dihitung lagi, karena banyaknya. Khawarizmi Syah menyesal telah melakukan serangan terhadap mereka. Namun, akhirnya diputuskan untuk mengumpulkan pasukan dari seluruh penjuru negeri dan mewajibkan kepada siapa saja yang mampu untuk ikut bergabung dalam barisan tentara. Tak lama kemudian Jenghis Khan mengirim utusan dan mengancam akan melakukan serangan. Namun, Khawarizmi Syah malah membunuh utusan tersebut dan memotong jenggot para pengawalnya.

Banjir Darah

Tidak ingin didahului, pasukan Khawarizmi Syah segera pergi menuju wilayah Jenghis Khan, saat itu tahun 615 H. Akan tetapi, di tempat itu tidak ditemukan laki-laki, sebab mereka sedang melakukan penyerangan terhadap salah satu raja Turki, Kaslukhan. Barulah kemudian, setelah mereka usai mengalahkan pemerintahan Turki mereka segera bertemu dengan pasukan Khawarizmi, dan peperangan sengit terjadi hingga hari ke empat.

Saat itu, pasukan Muslim yang terbunuh mencapai 20 ribu orang, sedangkan di pihak lawan yang tewas beberapa kali lipatnya. Karena banyaknya korban tewas, banyak kuda-kuda tunggangan yang terpeleset karena genangan darah. Di malam terakhir, kedua pasukan merasa kelelahan, mereka meninggalkan medan pertempuran. Pasukan Tatar yang dipimpin oleh putra Jenghis Khan kembali ke pusat pemerintahan mereka, sedangkan pasukan Khawarizmi menuju arah Bukhara dan Samarkand, guna menghimpun kekuatan.
Melihat pasukan Khawarizmi Syah terpecah, Jenghis Khan mengarahkan pasukannya kembali menuju Bukhara yang dijaga oleh 20 ribu pasukan Khawarizmi Syah. Mereka berhasil dihancurkan oleh Tatar, hingga rakyat jelata pun jadi korban, harta mereka dirampas, para wanita dinodai di hadapan keluarga mereka, masjid, madrasah, mushaf yang ada pun jadi sasaran pembakaran.

Setelah itu, Tatar membidik Samarkand yang terdapat di dalamnya 50 ribu tentara Khawarizmi Syah dan 70 ribu pasukan dari rakyat biasa. Pertempuran dahsyat pun kembali terjadi. Namun, pasukan dengan jumlah sebanyak itu bisa dihancurkan oleh Tatar. Akhirnya, nasib Samarkand sama dengan Bukhara.
Khawarizmi Syah melarikan diri dan Tatar terus mengejar. Akhirnya, mereka mengetahui bahwa keluarganya tinggal di benteng Ailal, karena itulah mereka mengepung benteng itu hingga akhirnya berhasil mengambil istri Khawarizmi Syah beserta anak-anak perempuannya.

Kemudian Jenghis Khan mengirim 20 ribu pasukan untuk mengikuti terus jejak Khawarizmi Syah. Khawarizmi Syah terus berlari menuju Naisabur, di tempat itu ia berusaha menyusun kekuatan untuk mengahadapi pasukan Tatar yang mengikutinya. Namun, rasa takut membuat mereka lari saat pasukan Tatar sudah mendekati posisi mereka. Khawarizmi Syah akhirnya memutuskan untuk menyeberang laut Thabaristan menuju benteng Jazirah, pengejaran pasukan Tatar berhenti sampai di sini. Dikabarkan bahwa Khawarizmi Syah wafat di benteng tersebut.

Ketika pasukan Tatar merasa kuat, dan tidak ada lagi kekuatan yang bisa menghalangi, maka pasukan mereka semakin tidak terkendali. Dengan waktu singkat mereka mampu menguasai Khurasan, Ar Ray, Hamadzan, hingga beberapa wilayah yang berbatasan dengan Iraq. Selanjutnya Adzrabaijan, Aran, Darband Syirwan, negeri Al Lan, Bulghar, dan Qafjaq. Sebagain pasukan mereka juga dikirim untuk menguasai Ghaznah hingga beberapa wilayah India dan Sijistan serta Karman. Yang mengherankan, mereka mampu melakukan hal itu hanya dengan waktu tidak sampai dua tahun. Hal ini tidak pernah terjadi dalam sejarah manapun. Iskandar yang dikatakan sebagai penguasa dunia membutuhkan waktu hingga dua puluh tahun untuk mencapai hasil yang sama.

Kemudian mereka juga berhasil merebut wilayah Mazindaran. Wilayah ini memiliki benteng yang amat kuat. Dimana umat Islam baru mampu menguasainya tahun 90 H, di masa Sulaiman bin Abdil Mulk, namun Tatar dengan mudah menundukkannya dalam waktu singkat.
Setelah itu, yang terjadi lebih buruk lagi. Pasukan ini berhasil menghancurkan dan membunuh penduduk Zanjan. Qazwin pun tak luput dari sasaran kekejian pasukan ini, hingga 40 ribu orang terbunuh karena serangan itu. Kemudian, mereka terus merangsek ke Muqan, di sana mereka berhadapan dengan pasukan Al Karj, namun pasukan penghadang tidak berdaya, hingga mereka berhasil pula dihancurkan. Lantas, pasukan Tatar memasuki Taflis, kota terbesar di Al Karj. Di sana pasukan Al Karj mengalami kekalahkan lebih buruk dari sebelumnya.

Hancurnya Benteng Pertahanan

Pasukan yang seakan-akan tidak mengenal kekalahan ini terus bergerak hingga Taflis, di kota itu penduduk minta berdamai dengan menyerahkan harta kekayaan mereka. Lalu perjalanan diteruskan hingga Maraghah, di wilayah ini mereka melakukan pembunuhan, dengan jumlah korban yang tidak lagi bisa terhitung. Mereka pun berencana hendak memasuki Irbil, namun karena pasukan Muslim sudah mempersiapkan diri, mereka mengurungkan niat, dan berbalik arah.

Adapula kelompok pasukan lainnya yang dikirim Jenghis Khan telah mengambil alih Tirmidz dan Farghanah. Sedangkan kelompok pasukan yang lain dikirim ke wilayah Khurasan. Mayoritas kota-kota di wilayah itu memilih berdamai dengan menyerahkan harta mereka. Itulah yang dilakukan oleh penduduk Balkh, dan kota-kota lainnya. Sampai di kota At Thaliqan, pasukan ini tidak mampu menembus benteng pertahanannya. Selama enam bulan mereka mengepungnya, namun tetap tidak bisa mengambil alih. Jenghis Khan sendiri akhirnya ikut terjun langsung, dan melakukan pengepungan selama empat bulan, hingga akhirnya benteng pertahanan bisa direbut.

Mereka terus bergerak hingga Marwa, di wilayah tersebut 200 ribu pasukan Islam siap menghadang. Terjadilah pertempuran sangat hebat, hingga akhirnya pasukan Islam yang cukup besar itu berhasil mereka hancurkan. Setelah itu, penduduk setempat pun menjadi sasaran kekejaman pasukan ini, hingga dalam waktu sehari, nyawa 700 ribu laki-laki melayang di tangan mereka! Innalillahi wa inna ialaihi raji’unn.
Naisabur, adalah wilayah yang menjadi incaran selanjutya. Setelah mereka berhasil memasukinya, mereka melakukan hal yang sama seperti yang terjadi di Marwa. Kemudian itu berlanjut saat mereka berhasil memasuki Thus dan Harat. Setelah menghabisi penduduknya mereka mengambil apa saja hingga mereka tidak mampu lagi membawanya, mereka akan membuang dan membakarnya.

*Thoriq/Suara Hidayatullah MARET 2010

Ayah Wafat, Tatar Berhadapan dengan Sang Anak 


Pada awalnya, kakuatan penerus Khawarizmi Syah ini amat diperhitungkan, namun kerana ambisinya, Tatar dengan mudah menundukkannya. ”Sesungguhnya kehormatan Islam telah direnggut. Tidak bisa meraihnya dari musuh kecuali dengan membalasnya.” Kata-kata yang terucap dari ayahnya saat menjelang wafatnya itu, seakan-akan terus mengiang-ngiang di telinganya. Jalaluddin Khawarizmi Syah, putra Khawarizmi Syah yang menggantikan kedudukan ayahnya, akhirnya bertekad untuk menghancurkan pasukan Tatar yang telah memporak-porandakan wilayah umat Islam saat itu.

Bagi Jalaluddin, tidak perlu menungga waktu terlalu lama untuk melakukan serangan balasan. Dengan sisa-sisa pasukan yang dimilikinya, ia mulai membangun kembali kekuatan. Tak lama kemudian kedua kakuatan itu bertemu di Ghaznah, pasukan Tatar berhasil diporak-porandakan hingga mereka kembali ke Harat. Namun, penduduk yang semula memilih damai, membatalkan kesepakatan hingga sisa-sisa pasukan itu membunuh penduduk setempat. Setelah itu, baru mereka kembali kepada Jenghis Khan.

Kembalinya pasukan mereka bukanlah tanda-tanda kebaikan, karena mereka malah mengirim pasukan ke wilayah Khawarizmi, lalu membendung sungai Jaihun. Air sungai itu meluap dan menyebabkan banyak penduduknya tenggelam. Di waktu yang hampir bersamaan, pasukan mereka yang dikirim ke Ghaznah dihancurkan kembali, hingga banyak tawanan Muslim yang berhasil dibebaskan.

Jalaluddin akhirnya mengirim surat kepada Jenghis Khan dan memintanya keluar dan berhadap-hadapan dengan jantan. ”Tantangan” ini disambut oleh Jenghis Khan, keduanya pun bertemu dengan pasukan masing-masing. Pertempuran dahsyat terjadi selama tiga hari. Daus Khan, salah satu putra Jenghis Khan tewas, namun kekuatan pasukan Muslim juga melemah. Akhirnya, mereka memilih menyeberang ke India, hingga pasukan Jenghis Khan berhasil merebut Ghaznah tanpa kesusahan.

Dengan sisa-sisa pasukannya, Jalaluddin malah melakukan langkah yang kontra produktif. Setelah kembali, ia malah melakukan serangan ke negeri Khuzastan yang sudah mengarah ke wilayah Baghdad dan mengepung wilayah itu sampai berhasil menguasainya. Sehingga kekhalifahan Baghad sendiri yang sama-sama Muslim mulai khawatir dan merasa terancam oleh pasukan Jalaluddin. Sebab, sejak dulu, ayahnya Khawarizmi Syah sudah berambisi ingin menguasai Baghdad, hingga akhirnya Baghdad terpaka menyiapkan pasukan.

Ambisi Terpendam

Dari pihak Jenghis Khan sebenarnya sudah berupaya untuk melunakkan sikap Jalaluddin. Mereka mengirim saudara perempuannya yang dinikahi oleh salah satu anak Jenghis Khan yang akhirnya tewas dan meninggalkan seorang putra, agar Jalaluddin mau berdamai. Saudara perempuannya mengabarkan bahwa Jenghis Khan menyadari bahwa Jalaluddin memiliki pasukan yang kuat dan tekad yang besar. Namun, Jalaluddin tak membuka pintu perdamaian, malah melakukan pengepungan terhadap kota Khilath. Padahal, tidak ada hubungannya sama sekali dengan Tatar, hingga penduduknya terpaksa memakan anjing, karena tidak memperoleh bahan makanan.

Jalaluddin akhirnya semakin tidak terkendali, wilayah yang berada di bawah kekuasaan Romawi pun hendak dijadikan sasaran, sehingga Alauddin Kaikubad sekutu Romawi dan Malik Asyraf Musa sekutu Khilath bergabung. Dengan kekuatan sejumlah lima ribu pasukan, mereka menghadang sisa-sisa pasukan Jalaluddin yang jumlahnya 20 ribu. Akhirnya, pasukan Jalaluddin semakin lemah.

Kabar akan kelemahan pasukan Jalaluddin sampai ke telinga Jenghis Khan, melalui pihak Isma’iliyah, negeri yang penduduknya banyak menganut Syi’ah yang juga pernah mendapat serangan dari Jalaluddin. Hingga akhirnya pasukan Tatar kembali keluar dan terjadilah pertempuran dahsyat. Pasukan Jalaluddin berhasil dikalahkan, dan berita mengenai keadaannya tidak banyak diketahui. Ada yang menyebutkan bahwa Jalaluddin dibunuh oleh seorang Kurdi, di sebuah desa terpencil di tengah pelariannya, karena suadaranya terbunuh oleh pasukan Jalaluddin.

*Thoriq/Suara Hidayatullah MARET 2010

Hancurnya Peradaban Baghdad dan Syam

Di Baghdad, Tatar membunuh lebih dari 1,8 juta jiwa. Syam dengan mudah ditaklukkan. Di Palestina mereka dihentikan. Kabar mengenai sampainya pasukan Hulagu Khan di Adzrabaijan menuju arah Baghdad telah ramai menjadi bahan pembicaraan di Baghdad saat itu. Al Musta’shim selaku Khalifah yang bertanggung jawab atas keselamatan rakyatnya berpikir bagaimana menghadapi pasukan yang moyangnya telah menghancurkan pemerintahan Khawarizmi Syah yang cukup besar. Akhirnya, ia berpikir untuk mengajak Malik An Nashir yang berkuasa di Damaskus untuk bersama-sama menghadapi serbuan Hulagu Khan. Malik An Nashir menyetujui.

Hulagu Khan kembali mengarahkan pasukan Tatar lebih menusuk dan lebih jauh lagi ke dalam jantung dunia Islam, yakni Baghdad, yang lebih dari 500 tahun bertahan menjadi salah satu kekuatan besar yang ditakuti. Setelah sebelumnya Ogedey Khan, putra Jenghis Khan berhenti pada wilayah-wilayah yang telah dikuasai ayahnya.

Pada tahun 655 H utusan Hulagu Khan sudah semakin intensif melakukan kunjungan ke Baghdad secara terang-terangan untuk menyampaikan pesan. Dan para penduduk pun menganggap bahwa lalu-lalangnya mereka merupakan hal yang biasa. Mereka tidak tahu bahaya yang akan mengancam setelahnya.
Baghdad Porak-poranda

Akhirnya, datang surat ancaman bahwa Hulagu Khan akan melakukan penyerangan. Namun, saat itu Khalifah tidak segera bertindak. Hulagu Khan dan pasukannya mulai bergerak. Khalifah segera mengirim utusan dan menjanjikan untuk Hulagu Khan harta yang banyak, sekaligus mengirim seratus orang menuju Ad Darband untuk mengintai kekuatan mereka. Akan tetapi sayang, keberadaan para pengintai diketahui musuh dan semuanya terbunuh. Hulagu Khan terus maju menuju Baghdad dari arah Timur, sedangkan pasukan lainnya yang dipimpin Baijunuin berhadapan dengan pasukan Baghdad di bawah kepemimpinan Ruknuddin Ad Duawaidar. Pasukan Baghdad porak-poranda, sebagian tewas dengan senjata, sebagian lainnya tenggelam, dan sisanya melarikan diri.

Saat itu, menteri menyarankan agar khalifah mau berdamai, ”Saya akan keluar untuk menyatakan damai.” Setelah kembali kepada khalifah, sang menteri menyampaikan bahwa Hulagu Khan hanya ingin menikahkan putrinya dengan putra khalifah yakni Amir Abu Bakar. Selain itu, tetap membiarkan Al Musta’shim memegang jabatannya sebagai khalifah, dengan syarat ia mau tunduk kepada Hulagu Khan.

Akhirnya, Al Musta’shim berinisiatif untuk datang langsung kepada Hulagu Khan. Saat memasuki tenda Hulagu, ia diikuti oleh menteri dan para fuqaha’ guna melakukan perjanjian. Namun, mereka yang hendak hadir dibunuh, demikian juga rombongan utusan setelahnya dibunuh satu per satu, hingga anak-anak khalifah datang untuk meminta pembebasan ayahnya pun ikut dibunuh. Menyusul kemudian Khalifah Al Musta’shim pun ikut dibunuh.

Setelah itu, pembantaian di Baghdad dilanjutkan selama 30 hari, tidak ada yang selamat, kecuali mereka yang menyembunyikan diri. Pasca peristiwa sadis itu, Hulagu memerintahkan untuk menghitung berapa jumlah orang yang terbunuh. Disebutkan bahwa jumlah mereka mencapai 1,8 juta! Belum terhitung pula mereka yang tenggelam.

Bagi mereka yang masih tersisa, hidup bukan berarti tidak menderita. Bagaimana tidak, mereka tidak boleh berpuasa di bulan Ramadhan, mereka juga dipaksa memakan daging babi dan minum khamar. Juga dilarang pula menyerukan adzan. Demikian pula orang-orang Nashrani diperintahkan untuk terang-terangan minum khamar dan memakan daging babi serta menuangkannya di masjid-masjid.

Hulagu Menuju Syam.

Setelah menghancurkan Baghdad, Hulagu mengirimkan utusan kepada Malik Nashr, penguasa Syam. Dia mengancam, jika enggan tunduk kepada Hulagu, maka pihaknya akan melakukan hal yang sama di negeri itu, sebagaimana yang telah mereka lakukan atas kota Baghdad.

Pada tahun 657 H, pasukan Hulagu menyeberangi Eufrat dengan membawa pasukan dalam jumlah besar. Setelah mereka menguasai Harran, Ruha, dan Al Jazira, mereka mendekati Halab. Di kota itu pasukan yang dipimpin Asmuth, putra Hulagu mendapatkan perlawanan dari pasukan Islam, akan tetapi perlawanan itu tidak berarti apa-apa. Sedangkan pada tahun 658 H, Hulagu sendiri membawa pasukan menyeberangi Eufrat.
Pasukan Tatar mulai menghunuskan pedang mereka, hingga jalanan dipenuhi mayat-mayat. Pembunuhan, perampasan dan pembakaran terus terjadi beberapa bulan. Benteng Halab pun terkepung dan akhirnya jatuh.
Kabar mengenai jatuhnya Halab diterima oleh Malik An Nashir yang berada di Damaskus. Walau sudah mempersiapkan pasukan dengan jumlah besar, karena ketakutan, Malik An Nashir pun melarikan diri. Benteng Damaskus akhirnya dikuasai Tatar tanpa perlawanan. Saat itu, kaum Nashrani Damaskus mulai menampakkan kesombongannya. Mereka mulai mengangkat salib-salib mereka, menuangkan khamar di masjid-masjid dan menyiramkannya kepada orang-orang yang sedang shalat.

Di Damaskus, mereka tidak berhenti. Mereka terus meringsek hingga memasuki Ghaza. Selanjutnya pasukan Tatar mencoba memasuki Mesir, yang saat itu dikuasai oleh Dinasti Mamalik. Mendengar kekalahan yang menimpa Baghdad dan Syam, pasukan Mesir pun dihinggapi rasa ketakutan. Namun, seorang ulama tersohor Izzuddin bin Abdissalam memberi nasihat agar mereka segera menghadang pasukan yang dikenal dengan kebengisannya itu. Akhirnya, Ain Jalut Palestina, pasukan yang dipimpin oleh Qitbuqa ini berhasil dihancurkan. Pemimpinnya pun dihukum pancung. Ekspansi Tatar berhenti sampai di desa itu.

*Thoriq/Suara Hidayatullah MARET 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar